Sabung ayam
merupakan permainan mengadu dua ekor ayam dalam sebuah kalangan atau
arena (gelanggang). Adu ayam biasanya dilakukan hingga salah satu dari
ayam lari atau kalah, bahkan hingga mati. Dari zaman dahulu sabung ayam
dijadikan sebagai alat taruhan.
Permainan
menyabung ayam disebut juga sebagai berlaga ayam. Adu Ayam Jago atau
biasa disebut sabung ayam merupakan permainan yang telah menjadi tradisi
nenek moyang pendahulu di nusantara, bahkan semenjak zaman kerajaan
Majapahit. Saat itu dikenal dengan istilah “menetak gulu ayam”. Kemudian
tabuh rah meluas ke Bali yang bermula dari pelarian orang-orang
Majapahit, sekitar tahun 1200. Sabung ayam permainan hiburan semata bagi
masyarakat, tetapi merupakan sebuah cerita kehidupan masyarakat sosial,
budaya dan politik.

Mengungkap Budaya Sabung Ayam di Indonesia
Budaya
Sabung Ayam di Jawa sudah dilakukan sejak tahun 1900an. Kisah kematian
Prabu Anusapati dari Singosari merupakan bukti keberadaan sabung ayam
pada masa itu, beliau yang terbunuh akibat menyaksikan laga sabung ayam.
Cerita rakyat Ciung Wanara juga mengisahkan tentang sabung ayam, dalam
cerita ini mengisahkan bahwa nasib dan takdir seseorang ditentukan oleh
kalah menangnya ayam di arena sabung ayam. Selanjutnya tidak berbeda
dengan cerita rakyat Cindelaras, dalam cerita ini Cindelaras yang
merupakan anak yang dinggal di hutan memiliki ayam sakti dan diundang
oleh raja Jenggala, Raden Putra untuk mengadu ayam. Ayam Cindelaras
diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras
kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang
maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras, dan
ternyata cindelaras adalah putra dari Raden Putra itu sendiri yang lahir
dari permaisurinya yang terbuang akibat iri dengki sang selir.
Di
bali sabung ayam sudah berkembang sejak tahun 1915. di Bali permainan
sabung ayam disebut dengan istilah Tajen. Tajen berasal-usul dari tabuh
rah, salah satu yadnya (upacara) dalam masyarakat Hindu di Bali.
Tujuannya mulia, yakni mengharmoniskan hubungan manusia dengan bhuana
agung. Yadnya ini runtutan dari upacara yang sarananya menggunakan
binatang kurban, seperti ayam, babi, itik, kerbau, dan berbagai jenis
hewan peliharaan lain.
Di
Sulawesi Kisah Sabung Ayam sudah dikenal sejak tahun 1910. Cerita ini
dijelaskan Dalam kitab La Galigo yang menceritakan bahwa tokoh utama
dalam epik mitik itu, Sawerigading, kesukaannya menyabung ayam. Dahulu,
orang tidak disebut pemberani (to-barani) jika tidak memiliki kebiasaan
minum arak (angnginung ballo), judi (abbotoro’), dan massaung manu’ (adu
ayam), dan untuk menyatakan keberanian orang itu, biasanya dibandingkan
atau diasosiasikan dengan ayam jantan paling berani di kampungnya (di
negerinya), seperti “Buleng – bulengna Mangasa, Korona Mannongkoki,
Barumbunna Pa’la’lakkang, Buluarana Teko, Campagana Ilagaruda
(Galesong), Bakka Lolona Sawitto, dan lain sebagainya. Dan hal sangat
penting yang belum banyak diungkap dalam buku sejarah adalah fakta bahwa
awal konflik dan perang antara dua negara adikuasa, penguasa
semenanjung barat dan timur jazirah Sulawesi Selatan, Kerajaan Gowa dan
Bone diawali dengan “Massaung Manu”. (Manu Bakkana Bone Vs Jangang Ejana
Gowa).
Tadisi
sabung ayam juga sudah dari dulu dikenal oleh masyarakat suku Bugis.
Pada masyarakat suku bugis sabung ayam dikenal dengan istilah “Massaung
Manuk” , yaitu sebuah permainan yang dilakukan para raja dan bangsawan
Bugis pada zaman dahulu untuk memeriahkan pesta raja, perkawinan, panen
raya dan pesta-pesta lainnya. Pada awalnya bukanlah ayam yang diadu
melainkan mempertaruhkan para pemuda-pemuda akan di bawa ke medan
pertempuran. Seiring berubahnya waktu maka pertaruhan itu diganti dengan
Sabung Ayam. Kebudayaan sabung ayam pada masa itu tidak hanya dilakukan
di dalam sebuah kerajaan, melainkan antarkerajaan yang tujuannya tidak
lain adalah untuk kesenangan dan ajang adu prestasi.
Di zaman modern seperti yang kita rasakan pada saat ini, tidaklah asing lagi kita mendengar kata-kata “sabung ayam”.
Sabung ayam masih sering di lakukan oleh masyarakat Indonesia sebagai
kebiasaan, hobi, mata pencarian dan sebagainya. Pada saat ini
perkembangan ayam aduan menjadi lebih fleksibel di karenakan banyaknya
tipe ayam yang adu, misalnya saja ayam Bangkok, ayam birma, ayam Saigon
dan ayam-ayam hasil dari persilangan lainnya. Semoga artikel dari saya
ini bermanfaat.